Wednesday, October 14, 2009

Kajian orientalis di UIN

Adian Husaini menulis di bawah tajuk Kajian Orientalis di UIN Jakarta:

Kata Arkoun : “Sejarawan-sejarawan modern telah mengkaji pertanyaan ini dengan semangat kritik, yang secara prinsip dikarenakan Al-Quran dikumpulkan dalam suasana politik yang sangat kacau. Seorang pakar Kearaban dari Jerman mengemukakan kajian kritis pertama terhadap teks Al-Quran kira-kira pada tahun 1860.’’

Yang dimaksud oleh Arkoun dengan pakar Kearaban dari Jerman yang mengkritisi teks al-Quran itu adalah Theodore Nöldeke, yang pada tahun 1860 menerbitkan bukunya, Geschichte des Qurans (Sejarah al-Quran).

Karya Nöldeke ini terus dikembangkan bersama Schwally, Bergsträsser, dan Otto Pretzl, dan ditulis selama 68 tahun sejak edisi pertama. Hasilnya, sampai saat ini, Geschichte des Qorans menjadi karya standar bagi para orientalis khususnya dalam sejarah kritis penyusunan Al-Quran.

Musthafa A’zhami, dalam bukunya, The History of The Qur’anic Text, mengutip satu artikel di Encyclopedia Britannica (1891), dimana Nöldeke menyebutkan banyaknya kekeliruan dalam Al-Quran karena, kata Nöldeke, “Kejahilan Muhammad” tentang sejarah awal agama Yahudi – kecerobohan nama-nama dan perincian yang lain yang ia curi dari sumber-sumber Yahudi.’’

Dalam bukunya, A’zhami membuktikan sejumlah kesalahan fatal kajian Noldeke tentang Al-Quran.

Itulah Theodore Nöldeke, orientalis Jerman yang dibanggakan oleh Arkoun telah melakukan studi kritis terhadap teks Al-Quran dan telah menuduh Nabi Muhammad sebagai penulis al-Quran dan orang jahil.

Anehnya, bukannya mengkritisi pemikiran Nöldeke, Arkoun justru menyesalkan, mengapa sarjana Muslim tidak mengikuti kaum orientalis dalam mengkritik teks Al-Quran tersebut.

Ia menulis dalam bukunya : “Sayang sekali bahwa kritik filosofis terhadap teks suci – yang telah
diterapkan pada Bible berbahasa Hebrew dan Perjanjian Baru tetapi tidak menimbulkan konsekuensi-konsekuensi negatif bagi konsep wahyu – terus ditolak oleh pendapat ilmiah umat Islam.

Karya-karya aliran Jerman terus diabaikan, dan ilmuwan-ilmuwan Muslim tidak berani melakukan penelitian semacam itu walaupun penelitian ini akan memperkuat fondasi ilmiah sejarah mushaf dan teologi wahyu. Alasan yang melatarbelakangi perlawanan ini bersifat politik dan psikologis.’’

boleh lihat di sini http://militan.blogsome.com/2006/01/27/kajian-orientalis-di-uin-jakarta/

No comments:

Post a Comment